Sabtu Pagi



Syair Pagi
Selamat berakhir pekan, para penyair SP. Pagi sempurna tanpa secangkir kopi, hanya ada dalam puisi.
Telah aku tinggalkan tanda kehadiranku di hatimu. Kelak, setiap kau melihatnya, kau akan merindukanku.
— @sabdaliar
Lidahmu, embun yang selalu pagi, menyajakkan sejuk di telingaku, yang daun.
— @ChalanRedRock
Selepas pergimu, aku hanyalah sekujur pagi tanpa mentari, menggigil dalam kerinduan, meremang dalam kesendirian.
— @AdyBL
Cukuplah rindu merajuk senguk di fajar dingin, hangatnya cinta ada di setiap regukan kopi.
— @telukjingga
Kau rumah terindah tempat segala rasaku berpulang.
— @Keshakeshi
Di bawah teduh akasia, aku menukar suaramu dengan angin.
— @ama_achmad
Bunyi gelas beradu memecah hening rindu. Satu sendok kopi, dua sendok gula dan kenangan pun terhidu.
— @ama_achmad
pagi ini adalah hujan yang sepi. cinta demam lagi. rindu menikam-nikam ulu hati.
— @semut_nungging
Mendung bergelayut manja, mencari teman selepas hujan, adakah senyum pelangi terukir untuk kita?
— @Susi_SmileKitty
Cuap mesra embun pagi, menetes melunturi syahdu pilu.
— @katapuisi
Tiada yang lebih hangat dari airmatamu, Ibu, aku terlalu basah untuk merindukanmu pagi ini.
— @mikemustamu
Aku suka di sini, di dada bagian kiri, tempat segalanya dapat kulakukan, di mana namamu selalu kudenyutkan.
— @Om_Kelana
Tak ada yang hilang sedikitpun. Bahkan dalam ketiadaan, kau tetap ada bagiku, dalam setiap desiran sunyi aku mencatat namamu.
— @ciyecci
Pagi adalah lengan-lengan rindu, tak terjangkau pelukan, namun setia mendoakan
— @ciyecci
Kan kunamakan kau mentari, agar kelak cahayamu menuntunku dari sepi yang meniadakan tepi.
— @penatapbulan
Sementara mentari masih sibuk menyibak mendung pagi, rindu mulai menghapus pilu yang tak mau pergi.
— @yulialiman
Sebegitu dekat sebegitu erat, seperti itulah kita. Yang kelak diabadikan waktu hingga senja, menua.
— @Om_Kelana
Berlarilah ke arahku dengan segera, ada cinta yang perlu kita selamatkan, mungkin dalam sebentuk pelukan
— @indiejeans
seperti pagi-pagi sebelumnya, sepenuh semesta aku merindukanmu.
— @duniakecil_ku
Secawan embun tak lelah menyambut pagi, walau mentari mengusirnya pergi. Esok ia pasti kembali, mengawali hari
— @KimiWidya
Akulah lautan yang menguap; meninggalkan asin kenang, melupakan bentang nan kemilau, agar dapat menemuimu, langitku.
— @AdyBL
Ini tentang alam. Alam yang menuturkan keindahan tanpa tutur kata-kata
— @setaktak

 All tweet from @svlxx_

Share: