Kebenaran, Subjektivitas, dan Objektivitas




Kebenaran


Jujur, terkadang saya suka bingung, apakah ada sesuatu yang 'kami' sebut sebagai 'kebenaran' ? Kalaupun ada, dimanakah letak pasti 'kebenaran' tersebut ? Hingga suatu detik, entah detik keberapa yang telah saya manfaatkan buat memikirkan hal ini, telah saya dapatkan arti dari 'kebenaran'. 
Kebenaran, adalah suatu keyakinan hati yang bebas kita ekspresikan dalam berbagai bentuk, dengan perpaduan yang indah dengan komitmen dan kenyataan yang berada pada lubuk hati terdalam, bukan tempat lain. 'Kebenaran' lebih cenderung bersifat subjektif, karena masing-masing persona memiliki pendapat 'kebenaran' dan tindakan 'benar' menurut mereka masing-masing. 

Hingga, saya harus memaklumi adanya 'kebenaran-kebenaran' yang amat berbeda antara orang lain dengan 'kebenaran' yang saya yakini. Namun setinggi-tingginya tingkat kemakluman saya, tetap saja berbatas. Jika 'kebenaran' saya terusik oleh 'kebenaran' orang lain, haruskah saya diam diri dan membiarkan 'kebenaran' itu dimakan oleh sesuatu yang orang lain anggap sebagai 'kebenaran', yang menurut saya adalah 'ego' ?

Subjektivitas dan Objektivitas

Subjektivitas, kata ini mengandung kata 'subjek' yang jelas-jelas mengartikan bahwa, subjektivitas adalah suatu pendapat yang dimiliki oleh seseorang yang ia yakini benar, tanpa bergantung pada sumber dari pendapat orang tersebut. Sementara itu, Objektivitas yang memiliki kata 'objek' didalamnya, adalah suatu pendapat yang dimiliki seseorang yang ia gantungkan pada realita dan kenyataan-atau dalam kata lain as real as the object. Ada beberapa orang yang cenderung bersifat objektif, bersifat subjektif, atau juga seimbang antar keduanya. 
Kalau saya ibaratkan keduanya, objektivitas adalah suatu kanvas, sementara subjektivitas adalah tinta-tinta yang terlukis didalamnya. Mengenai ketepatan ukuran kanvas tersebut, harus pas, tidak terlalu kecil (objektivitas terlalu kecil = mengkhayal berlebih) ataupun tidak terlalu besar (Objektivitas terlalu besar = kaku). Mengenai keindahan tinta-tinta yang ada didalamnya, keindahan yang terlukis tergantung pada kita masing-masing, mampukah kita membentuk suatu lukisan dari tinta-tinta tersebut, sehingga dapat terbentuk lukisan yang indah (Mampukah kita menempatkan dan menggunakan subjektivitas pada diri kita dengan efektif dalam pembentukan keindahan-keindahan dan kenyamanan pada realita kita). 
Mengenai penggunaan objektivitas yang tidak dibarengi dengan subjektivitas, ataupun sebaliknya, coba pikir, penggunaan objektivitas dan subjektivitas yang sedikit saja sudah tergolong tidak baik, apalagi tidak menggunakan mereka sama sekali. Jika kanvas (objektivitas) ada, namun tinta (subjektivitas) tidak ada, lantas apalah guna dari kanvas tersebut ? Sebaliknya. Jika tinta ada, namun kanvas tidak ada, yang ada justru tinta itu akan digunakan/diekspresikan pada tembok-tembok jalanan dan barang-barang yang seharusnya bukan sebagai tempat pengekspresian tersebut.
Sekali lagi, ini hanya bentuk pengekspresian diri dari 'kebenaran' yang ada di dalam diri saya, jika ada yang tidak setuju, mungkin makna 'kebenaran' dan bentuk 'kebenaran' pada masing-masing diantara kita memang berbeda. Pada akhirnya, siapalah saya ini ? :) 

Ahmad
Share: