Rasa / Paradox


Aku belajar di sekolah. Aku melihat guru mengajar, mendengarkan, dan mencoba memahami. Aku pun paham, dan aku bersemangat belajar serta berucap dalam hati, "Aku ingin menjadi Dokter suatu saat nanti."
Pulang sekolah aku lupa akan hal itu.

Aku dengan sepedaku bergegas menuju sekolah, latihan silat. Aku jatuh, bangun, jatuh, bangun, luka. Seperti itu terus, seakan kontinuinitas yang rajin berlangsung. Akhir latihan, guruku memberikan wejangan dan saran. Semangatku membara, serta berucap dalam hati, "Aku ingin menjadi Pesilat yang handal !"
Latihan selanjutnya aku lupa akan ucapku.

Aku mengaktifkan laptop, lalu meng-doubleclick-an cursor pada salah satu media player untuk musik. Aku pun mendengarkan lagu-lagu keras. Aku pun terpana, dan berucap dalam hati, "Keren! Aku ingin jadi Screamer!"
Lalu akupun malas berlatih.

Aku sempat iseng menggambar. Sketching tepatnya. Terinspirasi dari gambar-gambar di devianArt, aku pun mencoba gambar, entah gambar apa itu. Aku pun keasyikan menggambar, dan berkata dalam hati, "Suatu saat nanti aku akan jadi Seniman"
Lalu gambarku salah, dan tak ada penghapus. Aku pun menjadi malas.

Aku punya gitar dan aku terkadang memainkannya. Yah, beberapa lagu aku lancar memainkannya. Temanku sempat memujiku. Akupun girang dalam hati, dan berbisik, "Keren kali ya kalau nanti jadi Gitaris!"
Temanku itu meminjam gitarku, dan dia lebih handal dariku. Aku merasa rendah diri.

Aku suka bersepeda, bersepeda motor maksudku. Dari mulai jalan-jalan sendiri sampai bersama teman, aku suka itu. Seringkali aku kebut-kebutan di jalanan. Adrenalinku memuncak, dan aku berkata, "Mantap bro, gue harus jadi pembalap nanti!"
Lalu kulihat motor yang lebih keren menyalipku. Aku pun segan dan enggan membalapnya. 


ahmad saval
Share: