Bahasa



Ahli sastra menari tanpa musik
Ahli musik menari tanpa kata

Rupanya musik dan kata adalah bahasa
Manusia menari dengan bahasa.


          Bahasa bukan sekedar komunikasi antar manusia, bahasa bukan sekedar kultur suatu bangsa, suku atau negara. Bahasa menceritakan lebih dari itu, cerita yang lebih kompleks dari hal kecil bernama kata-kata.
Bahasa bagiku bisa berbentuk angin yang menceritakan perjalanan jauh melewati bagian bumi paling barat untuk berlayar ketimur. Bahasa juga dapat menjadi sebuah karang berumur ribuan tahun yang menjadi prasasti lahirnya kehidupan baru di muka bumi.


        Sebagian orang menganggap bahasa bagian dari satu kelompok, "ini punya gue, bukan lu, gue pakai ini sejak nenek moyang gue masih gaul", sebagian lagi mengkotakkan bahasa ke berbagai jenis mahluk hidup tergantung bentuk dan coraknya.


         Bahasa selalu punya banyak warna, kadang ia juga bersembunyi dalam kegelapan, ingin di jeguk dan di rasakan sebagaimana pelukan hangat seorang kekasih. Bahkan diam adalah sebuah bahasa, gerakan tubuh dan tatapan wajah bisa menceritakan lebih dari pada bahasa yang diucapkan bibir.

    
          Bahasa selalu punya kata, ia memainkan perannya sendiri dalam perbincangan, entah berat atau singkat. Ia selalu menceritakan sesuatu yang kita ingikan, Selalu menceritakan apa yang kita ungkapkan, kita hanya terlalu tuli untuk mendengar, terlalu buta untuk melihat, bahkan terlalu bisu untuk membalas pesan tersebut.


         Bahasa layaknya sebuah gula, memberi rasa manis pada setiap racikan. Dan disitulah sederhananya gula seberapa banyak gula yang tercampur dalam segelas kopi, ia masih dikatakan kopi. Sederhana dalam kata meskipun sangat bermanfaat bagi cita rasa.
Share:

Waktu Yang Terbuang



Betapa mengerikannya masa itu..
Masa dimana kita hidup dalam kebodohan, tidak mampu membedakan realitas dan bayang2. Kita terjebak dalam ruang hampa, diantara dunia dan surga. Dan kita menikmati setiap detik, semua kemungkinan bahwa salah satu diantara kita, entah yang mana, pergi duluan.
Tapi pada satu titik aku berontak. Alam bawah sadarku tidak bisa menerima ini terlalu dalam. Aku harus pergi. Dan kau tertawa, mengejekku. Mengatakan bahwa apa yang kulakukan sia2 dan aku akan kembali padamu. "Selamat datang, orang yang kalah.." begitu katamu.
Aku tidak pernah kalah. Aku bahkan tidak pernah mengunjungimu, meski kadang aku bisa begitu rindu.
Is it all just wasted time
Can you look at yourself
When you think of what
You left behind.
Sampai satu waktu kudengar, engkaulah yang kalah. Tubuhmu menyerah. Engkau memaksakan batasnya. Emtah dimana kau sekarang. Aku bahkan tidak tahu dimana tempatmu ditidurkan.
Maafkan aku yang tidak pernah datang disaat engkau mencariku.
I never thought you'd let it get this far, boy..
Share:

Amanda



Namanya Amanda. 
Senyumnya habis dihisap masa. Mempunyai tattoo sepasang malaikat di punggungnya. Dan juga di tangan sebelah kanannya yang bertuliskan bahasa meksiko 'Luxeat Lux Vestra' yang entah apa artinya. 

Namanya Amanda. 
Sejak kecil aku sudah mengenalnya, hingga kini dia tlah tumbuh dewasa. Dan sial sekali aku harus membuntutinya sepanjang hidup. Dari orok hingga dia mencandu arak. Hidupnya penuh dengan drama romansa, kisah cinta yang nyaris tak pernah sempurna, hingga imbasnya kini hatinya memar-memar penuh luka.

Namanya Amanda.
Terkadang dia diam dipeluk luka. Terkadang dia berbicara pada botol bir yang menjelma sahabat lama. Terkadang dia menatap pada kamar kosong yang kurang penghuninya. Terkadang dia merindukan pelukan seorang Ayah. Terkadang dia luka, terkadang dia juga gila, terkadang dia serupa malaikat yang diliputi cahaya.

Namanya Amanda.
Yang dia tahu hanya dirinya sendiri yang menari dalam masa lalu yang tak pernah indah. Dia raja bagi dirinya sendiri, bagi hatinya sendiri, bagi kerajaan alkohol dan kesatria puntung rokok yang mengabdi pada asbak di atas meja.

Namanya Amanda.
Wanita gagal move on, yang patah arah.


Untuk Amanda, yang sulit untuk melangkah, semoga Tuhan menyertaimu dalam doa.


Ahmad, 17 januari 2016
Share:

Bukan Apa-apa



Kita berseberang
Meski kita berhadapan

Kita berpapasan
Meski kita depan-belakang

Kita hanya rekan
Meskipun rasa sebenarnya menyangkal

Semoga eksistensi rasa ini, Suatu Hari Nanti
Kau hargai


Jakarta, 03 Jan 2016
Share: